Peti-peti ini sekilas terlihat seperti batu nisan semata, bentuknya kecil dan tak terbayangkan bagaimana posisi seorang jenazah bisa dimakamkan di dalam peti tersebut.
Leluhur Minahasa terkenal memiliki cara yang sangat unik untuk menguburkan jenazah. Awal mulanya mereka menggunakan daun woka untuk membungkus mayat sebelum dikubur di dalam tanah, kemudian kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohon kayu atau nibung. Mayat dimasukan ke dalam rongga pohon lalu ditanam dalam tanah.
Sekitar abad ke IX, Suku Minahasa mulai menggunakan Waruga. Inilah peti yang terbuat dari batu itu, peti terdiri dari dua bagian yakni bagian atas yang berbentuk segitiga seperti bubungan rumah, dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Peti yang terlihat kecil ini membuat orang bertanya-tanya bagaimana leluhur Minahasa memposisikan jenazahnya. Ternyata tubuh jenazah diringkuk dengan kaki terlipat, mirip seperti posisi bayi saat dalam kandungan. Filosofi yang lahir, seperti apa posisi manusia saat mendatangi dunia melalui kelahiran, begitulah pula posisi manusia saat meninggalkan dunia melalui kematian.
Setelah jenazah diposisikan dengan sempurna, barulah lubang ditutup batu bagian atas yang berbentuk atap rumah, kemudian penutup tersebut dihias dengan ukiran-ukiran. Masyarakat Minahasa percaya bahwa roh leluhur memiliki kekuatan magis, sehingga wadah kubur mereka harus dibuat sebaik dan seindah mungkin. Hal yang paling menarik dari tradisi waruga adalah peti ini dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal.
Kini situs-situs Waruga di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, masih terus dilestarikan dan kebanyakan didirikan di dataran tinggi. Bagi yang ingin melihat sendiri keunikan ini, bisa mengunjungi Desa Treman (368 waruga), Desa Sawangan (144 waruga), Desa Airmadidi Bawah (80an waruga) dan juga disekitar Desa Kaima, Desa Kauditan, Desa Tumaluntung, Desa Matungkas, Desa Laikit, Desa Likupang, Desa Kawangkoan Kuwil, Desa Sukur, Desa Suwaan, dan ada juga ditempat lain di Kabupaten Minahasa.
0 komentar:
Post a Comment